Ideapreneur

February 2010
Indonesia View
by: yojnE otnayreH

Menjelang akhir tahun lalu, ada yang bertanya kepada saya tentang prospek bisnis tahun 2010. Terutama tentang jenis-jenis bisnis unggulan. Pertanyaan ini menggelitik saya.
Tak lama kemudian, seorang teman mengirim e-mail. la orang Indonesia yang sudah pindah ke Eropa lebih dari 10 tahun lalu. Katanya, setelah lama tidak mudik ke Indonesia, ia menemukan banyak sekali hal yang ia sebut dengan istilah "kombinasi ekonomi gaya baru". Ini observasi yang menarik.

Misalnya saja, ketika turun di Bandara Cengkareng, ia dihampiri sejumlah pengasong intelek. Mereka menawarkan produk-produk palsu, seperti jam tangan dan pena. la terbahak karena belum pernah mengalami hal serupa dinegara lain.
Entah siapa yang memulai kegiatan atau punya ide gila seperti itu. Tapi rupanya ide itu lumayan hasilnya. Paling tidak, cukup banyak pengasong seperti itu di airport. Dalam perjalanan ke bandung, di tengah kemacetan yang sudah menjadi rutinitas sehari-hari,observasi nakalnya juga sempat menangkap ulah para pedagang asongan.

Setelah pengamatan yang kesekian-kali, ia berkesimpulan bahwa dagangan para pengasong itu berbeda-beda. Di tempat-tempat yang kemacetannya cukup parah, banyak pedagang asongan yang menawarkan camilan, seperti kacang dan mangga muda. Di sini tukang asongan sudah bisa membaca kebutuhan pasar, di mana para sopir butuh sesuatu untuk membunuh kebosanan di tengah kemacetan.

Lain lagi dengan dagangan para pengasong di sepanjang jalan pantai utara. Banyak diantaranya yang menjual air mineral botolan yang ditempeli sachet minuman energi. Rupanya pedagang asongan di sini sudah bisa pula membaca kebutuhan para sopir yang ingin menghilangkan rasa kantuk.
Pada akhir pekan, teman saya itu pelesir ke Puncak, Cipanas. Di sepanjang jalan, ia melihat anak-anak muda mengacungkan papan nama dengan tulisan "vila". Awalnya ia sempat bingung. Tapi kemudian ia tergelak ketika mengetahui bahwa anak-anak muda itu adalah "broker" yang menawarkan vila sewaan di sekitar Puncak.
Biarpun caranya sangat primitif, teman saya itu malah kagum.

Di Bandung, lagi-lagi teman saya terheran-heran melihat sejumlah anak muda yang mengasong sekuntum bunga dibungkus plastik. Padahal, ini bukan musim Valentine. Apakah anak-anak muda ini mengambil peluang dan ide nostalgia bahwa Bandung disebut "kota kembang" dan menjualnya kepada turis?
Puncak kekaguman teman saya itu terjadi ketika ia berlibur ke Bali. Di Pantai Kuta, ia menemukan penjual asongan dalam segala bentuknya. Mulai asongan suvenir sampai pijat. Asongan tato hingga kuncir rambut gaya Jamaika ala Bob Marley.

Berdasarkan observasi ini, teman saya berkesimpulan: bisnis cuma memerlukan ide. Selebihnya adalah kemauan dan kreativitas menjual. Ini yang sering disebut sebagai "ideapreneur", yaitu generasi entrepreneur yang bermodalkan ide. Bukti nyatanya bisa di temukan hampir disetiap sudut kehidupan dan perempatan jalan.
Ke manapun kita pergi,ideapreneur memenuhi sekeliling kita. Jangan tertawa kalau cara mereka primitif dan seadanya.Minimal mereka bisa berusaha dengan modal dengkul.
Sebaliknya, teman saya juga bercerita bahwa beberapa pemodal besar seringkali memulai bisnis tanpa benih ide. Tapi cenderung mengambil jalan pintas: membeli ide. Misalnya dengan membeli waralaba sehingga pemberdayaan ide tidak tercapai.
Saya rada setuju dengan observasi teman saya itu. Ideapreneur membebaskan kita dari konsep bisnis yang jelimet. Memberi semangat, untuk menciptakan bisnis-bisnis baru lewat pemikiran imajinatif. Sisanya adalah keberanian untuk mencoba.
Jadi, bisnis yang bagus bisa apa saja. Tidak harus ini dan itu.
  
08-April-2010 
ILMU BABU
By: yojnE otnayreH

Tentunya kita sudah tahu apa itu BABU, kata Babu merupakan konotasi dari pelayan atau pembantu rumah tangga. Babu sering di konotasikan dengan pekrjaan kasar, rendahan dan sebagainya. Kebanyakan orang yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga enggan disebut dengan sebutan BABU padahala artinya sama saja yaitu orang yang bekerja melayani majikannya.

Di restoran, di toko atau di super market  sering kita menjumpai seorang pelayan, namun mereka juga enggan disebut dengan sebutan PELAYAN kesannya pekerjaan rendahan yang tugasnya melayani keinginan konsumen. Menurut mereka WAITRES lebih enak didengar disbanding dnegan pelayan ataupun BABU.

Mari kita lihat dan terjemahkan apa sebenarnya arti dari WAITRES, kata tersebut bersaal dari bahasa inggris Verb I (kata kerja 1) dengan asal kata WAIT yang artinya menunggu dengan tambahan imbuhan ER berarti orang yang “menunggui” sesuatu.   ih…serem. Tapi apapun kata tersebut apakaah itu BABU, pelayan ataupun waitres mempunyai kesamaan arti yaitu pelayan (services) penyelia jasa.

Pembaca yang budiman, kalau kita gali lebih jauh apaun pekerjaan kita pada dasarnya merupakan seorang pelayan, bahkan prinsip ekonomipun tidak lepas dari konteks saling melayani antara produsen dan konsumen. Kita ambil contoh dokter, pada dasarnya profesi dokter adalah seorang pelayan bagi pasiennya, guru, dosen merupakan pelayan bagi murid atau mahasiswanya, bahkan seorang presidenpun merupakan seorang pelayaan bagi masyarakatnya.

Artinya apapun pekerjaanya kita harus menyadari bahwa pekerjaan tersebut tidak lebih dari seorang pelayan, waitres atau BABU bagi konsumennya, tergantung dilihat dari segi mana anda melihatnya. Apakah dilihat dari segi orang yang menawarkan jasa atau produk itu disebut BABU dan orang yang ditawari produk atau jasa tersebut (konsumen) adalah majikannya. Betul tidak?

Dari bukunya yang berjudul “Marketing Management” Philip Kotler menyebutkan prinsip-prinsip dari manajemen pemasaan yang salah satunya adalah prinsip “costumer  is the king” dimana kemaun raja harus selalu di penuhi oleh penggawanya atau pembantunya (BABUnya), sebaliknya juga bahwa seorang raja merupakan pembantu bagi rakyatnya.

Jadi dalam berbisnis apapun kondisi kita apakah kita seorang produsen atau penyelia jasa bahkan seorang konsumen berpeluang untuk mejadi Majikan atau BABUnya.

Nah sekarang lihat posisi anda apakah anda seorang BABU atau Majikan? Selamat merenung……..